Sabtu, 24 Oktober 2015

doc.matas 211. TATA CARA WUDUK ORANG YANG TANGANNYA DI PERBAN



Ach Alfaroby
31 Maret pukul 20:39
Asslamualikum wr wb mhn mf kpd pra gru dan tmen2 mts smua sy mau tya klo tangan kita luka lalu dbw k dr dan dibalut/dperban dan kta dr jgn trkena air biar cpt smbuh prtyaanya blehkh kta tdk membuka perban tdi di saat berwudu? klo cman alsn biar cpt smbuh dan klo bisa bgai mna cra wudukya dan bgai mna dgn sholatya apkh wjib dkodho? mhn pncrhnya tmksh wss wr wb


Jawaban :

Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Kepada saudara ach alfaroby @ yang dirahmati AllahMaka dalam menanggapi pertanyaan yang telah diutarakan oleh sahabat fillah Ach Alfarobby tersebut diatas, kami segenap anggota musyawirin MATAS memiliki pandangan dan kesimpulan sebagai berikut: Jika seorang ingin menunaikan shalat, namun ia tidak tidak dapat menggunakan air karena ada halangan syar’i, seperti sakit atau luka yang masih belum sembuh. Maka ia diperbolehkan shalat dengan cara bertayammum.


Jika salah satu anggota wudhu yang ( wajib dibasuh ) masih dalam keadaan dibalut,maka ia cukup dengan cara mengusapnya saja.Jika orang sakit yang sudah tidak mampu lagi untuk menggunakan air ( jika menggunakan air sakitnya semakin parah ) atau sudah tidak bisa lagi membersihkan najis yang ada dibadannya, maka ia diperbolehkan mengerjakan shalat semampunya karena menghormati waktu ( لحرمةالوقت ) dan dikemudian hari ia harus mengqadha’nya menurut pendapat yang shohih.


Dasar pengambilan :oleh AL mukarrom GUZ Abdul Malik

انكسرتإحديزنديفسألترسولاللهعليهوسلمفأمرنيأنأمسحعليالجبائر

satu dari dua pergelangan ku patah,kemudian saya bertanya kepada Rasulallah saw maka beliau menyuruh agar saya mengusap atas balutannya.

إنماكانيكفيهأنيتيممويعصبعليجرحهخرقةثميمسحعليهاويغسلسائرجسده

sesungguhannya cukup baginya tayamum dan membalut lukanya dengan secarik kain,kemudian ia mengusap pada balutan tersebut, kemudian guyurkan air keseluruh badannya..

فإذاكانالمرضفيعضومنأعضاءالتيممولايمكنهمسحهبترابالتيممأوكانذلكالمسحيضرهفإنهيسقطعنهمسهوتجبعليهإعادةالصلاةبعدبرئهفيهذهالحالة
. الفقهعلىمذاهبالأربعة. ج:1.ص:162

منعجزعنالوضوءوالتيمملمرضشديدأوحبسفيمكانليسبهمايصحالتيممعليهفإنهيجبعليهأنيصليفيالوقتبدونوضوءوبدونتيمم . علىأنالمريضالذيلايقدرعلىالقيامللصلاةفإنهيصليقاعدافإنعجزيصليبالإشارةكماسيأتيفيمبحثالصلاةبالإيمانوالغرضمنهذاإنماهوإظهارالخشوعوالخضوعللهعزوجلفيجميعالأحوالفمادامالإنسانقادراعلىإظهارهذاالخشوعبأيكيفيةمنالكيفياتفعليهأنيفعلهاولهعلىذلكأجرالعاملينالأقوياءبلافرقبلربماكانأوفرأجرالأنالذييخضعقلبهلمولاهآثارهذاالخضوععلىجوارحهوهومريضتعبأقربإلىرضواناللهتعالىورحمتهإنشاءالله.الفقهعلىمذاهبالاربعة. ج:1.ص 157( فانتعذر ) نزعهلخوفمحذورمماذكرهفىشرحالمهذب ( قضى ) معمسحهبالماء ( علىالمشهور) لانتفاءشبههحينئذبالخفوالثانىلايقضىللعذروالخلاففىالقسمينفيمااذاكانالساترعلىغيرمحلالتيممفانكانعلىمحلهقضىقطعالنقصالبدلوالمبدلجزمبهفىأصلالروضةونقلهفىشرحالمهذب…الىانقال: الاظهرانهانوضععلىطهرفلااعادةوالاوجبت. انتهىوعلىالمختارالسابقلهلاتجب . القليوبي. الجز 1 ص 97

oleh al ustad @ Rifqi Baehaqqi• 1. Al-Mizan, I : 135

ومن ذلك قول الإمام الشافعى – من كان بعضو من أعضائه جرح اوكسر او قروح والصق عليه جبيرة وخاف من نزعها التلف انه يمسح على الجبيرة وتيمم مع قول أبى حنيفة ومالك انه ان كان بعض جسده صحيحا وبعضه جريحا ولكن الأكثر هو الصحيح غسله وسقط حكم الجريح ويستحب مسحه بالماء. وان كان الصحيح هو الأقل تيمم وسقط غسل العضو الصحيح وقال أحمد يغسل الصحيح وتيمم عن الجريح من غير مسح للجبيرة.ووجه الأول الأخد بالإحتياط بزيادة وجوب مسح الجبيرة لما تأخذه من الصحيح غالباللا ستمساك. ووجه الثانى أنه اذاكان الأكثر الجريح القرح فالحكم له لأن شدة الألم حينئذ أرجح فى طهارة العضو من غسله بالماء فان الأمراض كفارات للخط

Menurut imam syafi’I : orang yang di anggauta wudlunya ada luka atau bengkak kemudian diperban dan ia takut mengusap perban dan bertayamum. Menurut imam hanafi dan malik: jika yang sakit lebih kecil daripada yang sehat, cukup membasuh yang sehat dan disunnahkan mengusap yang sakit. Apabila yang sehat lebih kecil, maka hanya wajib tayamum. Dan tidak wajib membasuh anggota yang sehat. Menurut imam ahmad, membasuh anggota yang wajib dan tayamum untuk sakit tidak wajib mengusap perban. Pendapat pertama mengambil langkah yang berhati-hati, dengan menambahkan: wajibnya mengusap tambal karena diambil pada anggota badan yang shohih/sehat secara umum untuk penanggulangan. Pendapat yang kedua, ketika yang lebih banyak itu luka atau koreng, maka hukum berada padanya. Karena parahnya sakit saat demikian, lebih diutamakan didalam pensucian anggota badan disbanding harus membasuh dengan air. Karena penyakit itu adalah menghapus terhadap kesalahan (dosa)Rifqi Baehaqqi2. Al-Qalyubi, I : 97

( فان تعذر ) نزعه لخوف محذور مما ذكره فى شرح المهذب ( قضى ) مع مسحه بالماء ( على المشهور) لانتفاء شبهه حينئذ بالخف والثانى لايقضى للعذر والخلاف فى القسمين فيما اذا كان الساتر على غير محل التيمم فان كان على محله قضى قطعا لنقص البدل والمبدل جزم به فى أصل الروضة ونقله فى شرح المهذب ... الى ان قال : الاظهر انه ان وضع على طهر فلا اعادة والا وجبت. انتهى وعلى المختار السابق له لاتجب.

Artinya:Apabila ada udzur untuk melepas ( tambal) seperti apa yang disebut dalam syarah muhadzab maka wajib mengqodoi shalatnya dan mengusapnya dengan air menurut yang mashur, karena hal ini tidak ada keserupaan, dengan pemakai muzah ( alas kaki arab ). Menurut pendapat yang kedua tidak perlu qodlo shalatnya ( bila dilakukan ) karena termasuk udzur, perbedaan pendapat di dalam dua kelompok tersebut, dalam mas’alah, penutup (tambal) yang terdapat selain anggota tayamum (seperti lengan/muka) maka jelas harus mengqodlo shalatnya, karena ada kurangnya antara pengganti dan yang diganti. Hal itu diyakini oleh imam nawawi didalam aslinya kitab Roudloh dan menukilnya didalam kitab syarah al-muhadzab, S/d …. Menurut yang adzhar, jika waktu memasang penutup (tambal) itu dalam kondisi suci, maka tidak perlu mengulang shalatnya, kalau tidak suci maka wajib mengulang. Menurut yang mashur ( terpilih ) yang dahulu tidak wajib.


Dasar pengambilan :oleh@ al ustad sultoni arobby

HUKUM SHALAT ORANG YANG TIDAK MENDAPATI AIR ATAU DEBU.Orang yang tidak mendapati sarana untuk bersuci baik berupa air atau debu seperti saat ia dipenjara dan tidak mendapati salah satu dari keduanya, atau ditempat najis yang tidak ia dapatkan debu untuk bersuci sementara air yang ada dibutuhkan untuk dahaganya orang yang bersamanya, orang yang sedang disalib atau berada diperahu yang tidak dapat meraih air dan seperti orang sakit yang tidak mampu menjalani wudhu atau tayammum sebab sakit atau semacamnya, maka mayoritas ulama mewajibkan hukum shalat baginya sekedar penghormatan terhadap waktu, hukum kewajiban shalat tidak semata-mata gugur baginya namun baginya wajib mengulangi shalat yang ia kerjakan dalam kondisi demikian menurut kalangan Hanafiyyah dan Syafi’iyyah, sedang menurut kalangan hanabilah tidak wajib mengulangi shalatnya.Menurut pendapat yang mu’tamad (dapat dijadikan pegangan) dikalangan Malikiyyah seseorang yang dalam kondisi diatas shalatnya gugur dan dalam pendapat lainnya wajib menjalani dan mengqadhainya.Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 14/273

===================================
DEMIKIAN YANG DAPAT KAMI SIMPULKAN SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN DAN KEKHILAFAN DAN KESEMPURNAAN HANYA MILIK ALLAH WALLAHU A'LAMU

MUSYAWWIRIN :

Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah( MATAS )
 
PENELITI : 
(1).Ustadz Mhisyam Abbrori 
(2).Ustadz Ach al faroby 
(3).Ustadz Sultoni Arobbi 
(4).Ustadzah Naila Mazaya Maya 
(5).Ustadz Abu haidar 
(6).Ustadz Abdul Ghafur Masykur 
(7).Ustad Atama Paya. 
(8).Ustad Lutfijaya 

 EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi
 Kolom musawwirin
Link asal:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar