Oleh Lutfi Jaya pada 14 April 2015 pukul 6:00
Oleh Ust Sultoni Arobbi
11 April pukul 4:45
D'royadie La-Tahzan
7 April pukul 8:01
Assalamualaikum para kiai dan ustadz.. Ada seorang kakek yg sudah tua renta, dia sudah tidak mampu berbuat apa2, kecuali hanya berbaring di tempat tidur, bahkan untuk kencingpun dia harus digotong oleh anaknya, dan akalnya-pun sudah agak pikun. Pertanyaannya adalah: bagaimana hukum shalatnya? Apakah masih wajib atau sudah gugur?
Jawaban :
Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Kepada saudara D'royadie La-Tahzan @ yang dirahmati Allah Maka dalam menanggapi pertanyaan yang telah diutarakan oleh sahabat fillah D'royadie La-Tahzan tersebut diatas, kami segenap anggota musyawirin MATAS memiliki pandangan dan kesimpulan sebagai berikut:
Di jawab oleh ustadzah :Halimatuz Zehroh
Siapa yang telah mengalami pikun, tidak tahu apa yang diucapkan, berubah akalnya hingga tidak sadar (apa yang diucapkan dan dilakukan), maka kewajiban puasa dan shalatnya menjadi gugur. Tidak perlu membayar kafarat (penebus atau pengganti) untuknya karena di antara syarat menunaikan kewajiban adalah sehat akal. Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
11 April pukul 4:45
D'royadie La-Tahzan
7 April pukul 8:01
Assalamualaikum para kiai dan ustadz.. Ada seorang kakek yg sudah tua renta, dia sudah tidak mampu berbuat apa2, kecuali hanya berbaring di tempat tidur, bahkan untuk kencingpun dia harus digotong oleh anaknya, dan akalnya-pun sudah agak pikun. Pertanyaannya adalah: bagaimana hukum shalatnya? Apakah masih wajib atau sudah gugur?
Jawaban :
Waalaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh. Kepada saudara D'royadie La-Tahzan @ yang dirahmati Allah Maka dalam menanggapi pertanyaan yang telah diutarakan oleh sahabat fillah D'royadie La-Tahzan tersebut diatas, kami segenap anggota musyawirin MATAS memiliki pandangan dan kesimpulan sebagai berikut:
Di jawab oleh ustadzah :Halimatuz Zehroh
Siapa yang telah mengalami pikun, tidak tahu apa yang diucapkan, berubah akalnya hingga tidak sadar (apa yang diucapkan dan dilakukan), maka kewajiban puasa dan shalatnya menjadi gugur. Tidak perlu membayar kafarat (penebus atau pengganti) untuknya karena di antara syarat menunaikan kewajiban adalah sehat akal. Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ : عَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ ، وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ ، وَعَنْ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ (رواه أبو داود، رقم 4403، والترمذي، رقم 1423، والنسائي، رقم 3432، وابن ماجه، رقم 2041)
“Pena diangkat (kewajiban gugur) dari tiga (orang); Orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga bermimpi (baligh) dan orang gila hingga berakal (sembuh)”. (HR. Abu Dawud, no. 4403, Tirmizi, no. 1423, Nasa’i, no. 3432, Ibnu Majah, no. 2041. Abu Daud berkata: Diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Qasim bin Yazid dari Ali radhiallahu’anhu dari Nabi sallallahu ’alaihi wa sallam ada tambahan di dalamnya, yaitu, ( وَالْخَرِفِ ) (pikun) dalam shahih Abu Daud)
di jawab oleh :Al-ustad sultoni arobby
Yang jelas puasa Ramadhan sudah tidak diwajibkan lagi bagi orang tua yang kesadarannya sudah tidak terdapat lagi padanya. 3 -
أجمع الفقهاء على أن العقل هو مناط التكليف في الإنسان ، فلا تجب عبادة من صلاة أو صيام أو حج أو جهاد أو غيرها على من لا عقل له كالمجنون وإن كان مسلما بالغا ، لقوله صلى الله عليه وسلم : رفع القلم عن ثلاثة : عن النائم حتى يستيقظ ، وعن الصبي حتى يحتلم ، وعن المجنون حتى يعقل . (2) أخرجه أبو داود ( 4 / 560 ط . عزت عبيد دعاس ) ، والحاكم ( 2 / 59 دار الكتاب العربي ) وقال : حديث صحيح على شرط مسلم .
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa akal adalah asas dan ketergantungan taklif seorang hamba pada Tuhannya, dengan demikian berbagai ibadah semacam shalat, puasa, haji, jihad dan selainnya tidak diwajibkan bagi orang yang tidak berakal seperti halnya orang yang gila meskipun ia muslim dan telah dewasa berdasarkan sabda Nabi SAW “Terangkat pena kewajiban atas tiga orang : Orang yang tidur hingga ia terjaga, bocah hingga ia dewasa dan orang gila hingga ia berakal” (HR. Abu Daud IV/560, Hakim II/59)
Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 30/264
di jawab oleh :Al-ustad sultoni arobby
Yang jelas puasa Ramadhan sudah tidak diwajibkan lagi bagi orang tua yang kesadarannya sudah tidak terdapat lagi padanya. 3 -
أجمع الفقهاء على أن العقل هو مناط التكليف في الإنسان ، فلا تجب عبادة من صلاة أو صيام أو حج أو جهاد أو غيرها على من لا عقل له كالمجنون وإن كان مسلما بالغا ، لقوله صلى الله عليه وسلم : رفع القلم عن ثلاثة : عن النائم حتى يستيقظ ، وعن الصبي حتى يحتلم ، وعن المجنون حتى يعقل . (2) أخرجه أبو داود ( 4 / 560 ط . عزت عبيد دعاس ) ، والحاكم ( 2 / 59 دار الكتاب العربي ) وقال : حديث صحيح على شرط مسلم .
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa akal adalah asas dan ketergantungan taklif seorang hamba pada Tuhannya, dengan demikian berbagai ibadah semacam shalat, puasa, haji, jihad dan selainnya tidak diwajibkan bagi orang yang tidak berakal seperti halnya orang yang gila meskipun ia muslim dan telah dewasa berdasarkan sabda Nabi SAW “Terangkat pena kewajiban atas tiga orang : Orang yang tidur hingga ia terjaga, bocah hingga ia dewasa dan orang gila hingga ia berakal” (HR. Abu Daud IV/560, Hakim II/59)
Al-Mausuuah al-Fiqhiyyah 30/264
قَالَ الْمَاوَرْدِيُّ: أَمَّا الشَّيْخُ الْهَرِمُ وَالشَّيْخَةُ الْهَرِمَةُ إِذَا عَجَزَا عَنِ الصَّوْمِ لِعَارِضٍ يُرْجَى زَوَالُهُ فَهُمَا كَالْمَرِيضِ لَهُمَا أَنْ يُفْطِرَا أَوْ يَقْضِيَا إِذَا أَطَاقَا وَلَا كَفَّارَةَ عَلَيْهِمَا ، فَأَمَّا إِذَا عَجَزَا عَنِ الصِّيَامِ لِضَعْفِ الْكِبَرِ ، وَمَا لَا يُرْجَى زَوَالُهُ ، أَوْ كَانَا يُلْحَقَا فِي الصَّوْمِ مَشَقَّةً عَظِيمَةً ، فَلَهُمَا أَنْ يُفْطِرَا وَعَلَيْهِمَا أَنْ يُطْعِمَا عَنْ كُلِّ يَوْمٍ مُدًّا إِنْ أَمْكَنَهُمَا
Al-Mawardy berkata “Sedang kakek dan nenek yang renta bila keduanya tidak mampu berpuasa sebab suatu hal yang dimungkinkan kesembuhannya baginya boleh berbuka dan atau mengqadha puasanya saat ia telah kuat berpuasa dan tidak diwajibkan membayar kifarat bagi keduanya. Bila ketidakmampuannya berpuasa sebab usianya yang terlalu renta atau suatu hal yang tidak mungkin sembuh dan hilangnya atau saat berpuasa mereka mendapati kemasyaqatan yang teramat sangat maka bagi keduanya boleh berbuka dan memberi makan setiap seharinya satu mud bila keduanya mampu.
Al-Haawy al-Kabiir III/1017
DI jawab oleh AL mukarrom ustad Lutfi Jaya
Albujairomi ala al-khotib juz 2 hal 13
DI jawab oleh AL mukarrom ustad Lutfi Jaya
Albujairomi ala al-khotib juz 2 hal 13
وَلَا تَسْقُطُ عَنْهُ الصَّلَاةُ وَعَقْلُهُ ثَابِتٌ لِوُجُودِ مَنَاطِ التَّكْلِيفِ قَوْلُهُ: (وَلَا تَسْقُطُ عَنْهُ الصَّلَاةُ) قَالَ الْأَئِمَّةُ الثَّلَاثَةُ: إنَّ فَرْضَ الصَّلَاةِ لَا يَسْقُطُ عَنْ الْمُكَلَّفِ مَا دَامَ عَقْلُهُ ثَابِتًا وَلَوْ بِإِجْرَاءِ الصَّلَاةِ عَلَى قَلْبِهِ. وَقَالَ الْإِمَامُ أَبُو حَنِيفَةَ: إنَّ مَنْ عَايَنَ الْمَوْتَ وَعَجَزَ عَنْ الْإِيمَاءِ بِرَأْسِهِ سَقَطَ عَنْهُ الْفَرْضُ، وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ سَلَفًا وَخَلَفًا، فَلَمْ يَبْلُغْنَا أَنَّ أَحَدًا مِنْهُمْ أَمَرَ الْمُحْتَضَرَ بِالصَّلَاةِ، وَوَجْهُ قَوْلِ الْإِمَامِ أَبِي حَنِيفَةَ الْمُتَقَدِّمِ أَنَّ مَنْ حَضَرَهُ الْمَوْتُ صَارَ قَلْبُهُ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى أَعْظَمَ مِنْ اشْتِغَالِهِ بِمُرَاعَاةِ الْأَفْعَالِ لِأَنَّ الْأَفْعَالَ وَالْأَقْوَالَ الَّتِي أَمَرَنَا الشَّارِعُ بِهَا فِي الصَّلَاةِ إنَّمَا أَمَرَنَا بِهَا وَسِيلَةً إلَى الْحُضُورِ مَعَ اللَّهِ تَعَالَى فِيهَا، وَالْمُحْتَضَرُ انْتَهَى سَيْرُهُ إلَى الْحَضْرَةِ وَتَمَكَّنَ فِيهَا فَصَارَ حُكْمُهُ حُكْمَ الْوَلِيِّ الْمَجْذُوبِ
bagi orang yang sakit termasuk sekarat, selama akalnya tetap/tidak hilang, maka masih terkena taklif. demikian menurut 3 imam madzhab. terkecuali menurut Imam Hanafi, orang yang sedang dalam sekarat dan tidak bisa menggerakan kepalanya (sebagai gerakan solat), maka gugurlah kewajiban kepadanya
Maka dari itu dewan tahkim menyimpulkan apabila orang tua tersebut hilang akalnya maka tdk ada kewajiban untuk melakukan shalat, dan sebaliknya apabila orang tua tersebut ingat/tidak pikun maka tetap di wajibkan melaksanakan shalat apabila tidak mampu melaksanakannya maka harus membayar kafarat. Demikian semoga bermanfaat amin.
DEMIKIAN YANG DAPAT KAMI SIMPULKAN SEBELUM DAN SESUDAHNYA KAMI MOHON MAAF ATAS SEGALA KEKURANGAN DAN KEKHILAFAN DAN KESEMPURNAAN HANYA MILIK ALLAH WALLAHU A'LAMU
MUSYAWWIRIN :
Member Group Majlis Ta'lim Assalafiyah( MATAS )
PENELITI :
(1).Ustadz Mhisyam Abbrori
(2).Ustadz Ach al faroby
(3).Ustadz Sultoni Arobbi
(4).Ustadzah Naila Mazaya Maya
(5).Ustadz Abu haidar
(6).Ustadz Abdul Ghafur Masykur
(7).Ustad Atama Paya.
(8).Ustad Lutfijaya
EDITOR : Ustadz Sultoni Arobbi
Kolom Musyawirin : https://m2.facebook.com/groups/297908517036791?view=permalink&id=455519854608989&refid=18&_ft_
Link asal:
https://www.facebook.com/notes/majlis-taklim-as-salafiyah-al-gasim-matas-/docmatas-227-hukum-org-tua-renta-tdk-melaksanakan-shalat/458637560963885
Tidak ada komentar:
Posting Komentar